3/15/12

Ibu Peri di Masa Kecil


Dia seorang wanita yang pernah ada disamping saya saat saya tidur dalam gelapnya malam. Dia memeluk saya saat saya tidur karena dia tahu saya takut akan kegelapan, rasanya hangat sekali. Setiap malam dia menemani saya belajar, dia selalu bertanya apakah saya mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas. Dia membantu saya mengerjakan tugas dengan sabar, tapi jika dia juga tak bisa membantu dia tetap memberikan saya semangat agar saya tetap semangat dalam mengerjakan tugas sekolah.

Dia rajin sekali shalatnya, setelah mendengar azan dia segera menjalankan ibadah shalat. Saya dengan wajah polos hanya memperhatikan dia shalat dari atas kasur, entah apa yang menarik perhatian saya hingga saya betah menunggui dan memandangi dia yang sedang shalat. Hingga suatu hari setelah selesai shalat dia berkata "ia, daripada melihat bulek shalat mending nanti shalat magrib ikutan bulek shalat ya", "ia" itulah nama panggilan kesayangan dia kepada saya. Saya menggelengkan kepala karena saya tidak bisa shalat. Dia pun meyakinkan saya untuk tidak perlu takut karena tidak bisa shalat, saya diminta untuk mengikuti gerakan dia shalat.

Azan magrib berkumandang, dia menarik lembut tangan saya ke kamar mandi. Disana dia mengajarkan saya untuk berwudhu, dengan mudah saya mengikuti yang diajarkan olehnya. Lalu kami ke kamar, kamar yang sekarang menjadi tempat saya menghabiskan waktu pagi, siang dan malam. Dia memakaikan mukenah ke tubuh mungil saya, rasanya saat itu saya sudah tak sabar ingin segera memulai shalat. Sebelum shalat dia menyuruh saya untuk membaca "Aku niat shalat magrib 3 raka'at, lillahi ta'ala" katanya tak apa kalau saya mengucapkannya dalam bahasa Indonesia karena saya belum bisa. Saya pun mengangguk, lalu kami mulai shalat saya mengikuti setiap gerakan dia. Rasanya senang saat itu biasanya saya hanya memandanginya dari tempat tidur dan sekarang saya sedang mengikuti dia shalat.

Seusai shalat dia mengajarkan saya menghafal surat Al-Fatihah, dia begitu sabar walaupun saya termasuk lama dalah hal menghafal. Hari-hari berikutnya dia masih selalu mengajak saya shalat bersama, dan selesai shalat dia mengajarkan saya menghafal surat-surat yang lainnya.

Hingga suatu hari dia tak lagi tinggal bersama saya, dia pulang kembali kerumah nenek. Saya sedih karena harus merasa kesepian kembali dirumah. Tapi kami masih saling surat menyurat sampai saya sudah masuk SMA, saya sudah tidak lagi menulis surat untuknya. 

Tahun 2006 terakhir kalinya saya menulis surat untuk dia surat itu saya titipkan pada bapak yang saat itu akan pulang ke kampung, saat itu saya masih kuliah. Saya mencurahkan hati saya padanya tentang keinginan saya yang ingin berjilbab juga seperti dia, namun saya masih menyimpan ragu. 

Saat bapak pulang dia memberikan surat balasan darinya, saya langsung membuka suratnya dan membacanya. Ternyata dia masih saja sama menulis surat dengan kata-kata yang indah, dia meyakinkan saya untuk tidak perlu ragu jika saya ingin berjilbab. Dia berkata kalau dia senang sekali mendengarnya dan dia ingin melihat saya berjilbab. Selain surat dia memberikan saya dua buah kerudung, sebuah majalah yang isinya sangat bermanfaat sekali, surat yasiin, dan kain berukuran 2 meter. Yang selalu saya ingat dari isi suratnya adalah "bulek gak bisa memberikan apa-apa yang lebih untuk adinda, tapi semoga barang-barang yang bulek kasih ini bisa bermanfaat untuk adinda".

Sejak surat terakhir itu saya tak ada lagi komunikasi dengannya. Sampai saya mengetahui kalau dia terkena penyakit kanker saya masih saja tidak mau pulang kampung, saya hanya menitip salam saja untuknya melalui bapak. Suatu malam sepupu saya membawa berita, berita yang sama sekali tidak ingin saya dengar sepupu saya berkata "Mbak Ria Lek Mul meninggal..". Lemas sekali badan saya saat itu, airmata mengalir begitu deras. Saya memaki diri saya sendiri "Bodoh Bodoh saya sungguh BODOH". Keesokan harinya saya akhirnya datang ke kampung, tidak ada lagi Lek Mul yang tersenyum menyambut kedatangan saya. Saya hanya bisa melihat Lek Mul telah terbaring dibalik unggukan tanah. Bahkan saya tak sempat melihat wajahnya dan menciumnya.

Saya selalu ingat pesan terakhir dari Lek Mul agar saya selalu rajin shalat dan bisa bersabar terhadap kedua orang tua saya. Andai masih ada kesempatan saya bertemu dengan dia lagi, saya ingin berkata "Lek lihat ia sekarang sudah berjilab seperti Lek Mul. Alhamdulillah ia juga sudah mulai rajin shalatnya".

Walaupun raganya sudah tak ada lagi disisi saya, namun Lek Mul selalu ada di hati saya karena dia sangat berharga bagi saya. Lek Mul bagaikan ibu peri di masa kecil saya, yang selalu menjaga dan memberi saya pelajaran-pelajaran berarti. Kenangan-kenangan bersamanya saya jadikan kenangan yang indah, tanpa ajaran-ajarannya mungkin saya tidak bisa menjadi lebih baik seperti sekarang. Semoga Lek Mul sekarang sudah tenang di sisiNya.


Tulisan ini diikutsertakan dalam Giveaway The Fairy and Me yang diselenggarakan oleh Nurmayanti Zain

Tulisan saya yang lain tentang Lek Mul juga pernah saya tulis disini.



Best Regards,
Corat - Coret [Ria Nugroho]
Follow me on Twitter @rianugros

28 comments:

  1. Nice ria... semoga sukses yah kontesnya :)
    Btw susah loh masuk sini, soalnya nama km link ke G+ terus disono kagak ada link blog kamu...

    ReplyDelete
  2. amin.... semoga amal ibadah mba mul di terima disisiNya. dan "ia" juga harus mengamalkan ilmu yang mba mul berikan. karna ilmu dan amal sodakoh akan selalu mengiringi seseorang walau dia telah meningal dunia.

    ReplyDelete
  3. Ya Allah Ya Rabb.. dia dipanggil lebih dulu oleh Yang Maha Kuasa.. Hem, orang-orang yang telah pergi akan tetap hidup di dalam ingatan orang-orang yang mengasihinya.. ^^ sosok ibu peri yang berharga

    --------------------
    sudah terdaftar ria :)
    terima kasih atas partisipasinya yaa!

    ReplyDelete
  4. berpisah dengan orang yang berarti bagi kita bukan berarti putus juga semua kenangan yang indah-indah, semoga menang kontesnya ya mbak

    ReplyDelete
  5. @Syam : iyah aku gak ngerti balikin ke profil yg normalnya :((

    @Sientrue Wong : iyah insyaAllah :)

    @Nurmayanti Zain : iya sama2 makasih ya Mba

    @Mas Arif : pasti mas terkenang selalu di hati :) makasih ya mas

    ReplyDelete
  6. Menyentuh sekali ceritanya..memang sedih ya bila ditinggal oleh orang yang kita sayangi,,semoga sukses kontesnya

    ReplyDelete
  7. sedih bacanya. :'(

    semoga sukses akan kontesnya mba :)

    ReplyDelete
  8. semoga suksesnya ngontesnya, selalu dikenang sampai sekarang ya

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah hiks T___T dan sekarang teteh terus mengenakan jilbab kan? :)

    ReplyDelete
  10. so sweet ria.. terharu gue T_T
    lek mul, sungguh mulia engkau. semoga mendapat syurga Allah SWT. amin

    ReplyDelete
  11. bener2 orang yg berharga untuk Mbak yaa..

    selalu dipost dan pasti sambil menahan rasa sedih nih nulisnya *peluk Mbak Ria*

    Al Fatihah untuk Lek Mul ya Mbak.

    ReplyDelete
  12. wah ikutan jadi banci kontes nih ceritanya. . . wkwkwkkwkwkkk

    ReplyDelete
  13. Semuga Lek Mul semuga diterima disisi ALLAH :D

    ReplyDelete
  14. Semoga allah menerima alam ibadah nya Lek Mul yaa mbak ria, ikut sedih baca nya :(

    ReplyDelete
  15. semoga 'sang peri dimasa kecil' diterima Allah disisiNya ya mba Ria... ;)
    Sukses juga untuk kontesnya...

    ReplyDelete
  16. salam untuk lek mul yang hebat. sukses GAnya ya mbak :D
    salam

    ReplyDelete
  17. semoga kebaikannya akan selalu dikenang dan membuatnya tenang
    :)

    ReplyDelete
  18. akh, Lek Mul yang baik dan sholeh ya...semoga dia bahagia di sisiNya. btw, aku rasa tulisanmu bisa menang nih

    ReplyDelete
  19. ternyata ada ceritanya ya...waktu memutuskan berjilbab?
    Moga amal ibadah beliau diterima disisi-Nya ya...

    ReplyDelete
  20. astagfirullah, jadi lek Mul itu cewek yaa mbak?? dulu dhe pernah baca kisah lek Mul, dan dhe kira lek Mul itu cowok.. *tepok jidat* :D

    semoga lek Mula bahagia disana, dan sukses untuk kontesnya yaa :)

    ReplyDelete
  21. waaahh ikutan kontes nich... good luck :D

    ReplyDelete
  22. semoga ALLAH melapangkan jalan almarhumah menuju surga-NYA

    ReplyDelete
  23. alhamdulillah, kejadian di masa kecil memberi pengaruh baik pada Ria

    ReplyDelete
  24. ikutan GA jg ya..?
    smoga menang ya...
    :D
    baca tulisanmu, aku jd inget ama ortuku.
    coz skrg mereka berdua jg udh ga ada.
    hiks..
    jd sedih..

    ReplyDelete
  25. Penyesalan datangnya belakangan. Tapi alhamdulillah bulekmu telah menanamkan sikap ingat pada sang pencipta sejak dini hari.
    Wah sedih sekali sob kisahnya. Semoga amal ibadah bulekmu diterima di sisi-Nya.

    ReplyDelete

Maaf ya sekarang kotak komentarnya aku moderasi
Gak ada maksud apa-apa koq ^^
Cuma waspada aja dengan Spam :D
Silahkan komen anything ^_____^V