1/17/12

Aku dan Dia dalam kenangan


Kubuka tirai jendela kamar, malam ini bulan terlihat bulat dan indah namun sayang awan mendung menyembunyikan keceriaan bintang malam. Kualihkan pandanganku dari jendela kamar, kini mataku menatap sisir berwarna pink yang kugenggam sejak tadi. Tanpa kusadari airmata mengalir turun dan membuat basah sisir pink ini. Kuhapus airmataku dengan telapak tanganku. Kualihkan kembali pandanganku ke jendela, kubuka jendela dan mulai kurasakan angin malam mulai menyentuhku sejuk sekali. Akupun memberanikan diri untuk memutar kembali kenangan-kenangan yang sudah beberapa bulan ini kututup tentang buleku yang biasa kupanggil le Mul. 


Saat itu aku gadis kecil yang nakal dan kesepian, namun semua menjadi berubah saat kehadirannya. Dia seorang wanita yang hangat dan lembut, dia menemaniku berbincang, menemaniku bermain melupakan rasa sepiku selama ini, menghangatkanku dari kebekuan rumah ini. Saat aku kesulitan dengan tugas sekolahku dengan sabar ia mengajariku, kalaupun dia tak bisa membantu dia tetap memberiku semangat. Dia menuntunku untuk mengenal islam lebih dalam. Dia mengajarkan aku shalat dan mengajarkanku mengenal huruf-huruf arab, tanpa dia mungkin aku hanya menjadi islam KTP saja. Sayangnya kebersamaanku hanya sesaat saja, dia harus pulang kembali kerumah nenek. Aku pun kesepian kembali dalam kebekuan rumah ini, namun sebelum ia pulang ia meninggalkan kenang-kenangan untukku mukenah miliknya dia berikan untukku agar aku tambah rajin shalat, lalu dia meninggalkan sarung berwarna biru untuk menghangatkanku dalam tidur, dan sebuah sisir berwarna pink. 

***** 

Beberapa bulan setelah kepulangannya aku mendapat kabar dari bapak kalau dia akan menikah, akupun merayu bapak agar aku diajak ikut pulang kerumah nenek. Mendengar kabar bahagia itu akupun segera memecahkan celenganku karena aku ingin membelikan hadiah spesial untuknya dan kudapatkan uang sebesar Rp. 20000,- . Namun saat itu aku terlalu kecil untuk membeli sendiri kado pernikahan maka aku pun meminta tolong pada mama untuk membelikannya. Sepulang kerja mama memberikanku sebuah jam weker berbentuk love dan berwarna merah cantik sekali. Aku senang sekali dengan pilihan mamaku, jam weker pun aku bawa ke dalam kamar dan kemudian kubungkus dengan kertas kado yang sudah kupersiapkan sebelumnya. Kado untuknya sudah terbungkus walaupun tidak terlalu rapi, aku pun memejamkan mata tak sabar menanti esok aku akan bertemu lagi dengannya. 

Ini merupakan pertama kalinya aku menginjakkan kaki dirumah nenek karena bapak tak pernah membawa aku ke Klaten. Dari kejauhan aku melihat dia sudah berdiri di depan pintu, dengan kaki kecilku aku berlari menghampirinya dan diapun langsung memelukku hangat sekali. Aku paling senang dipeluk dan dicium olehnya karena terasa sangat hangat. Dia sangat sibuk menyiapkan pesta pernikahannya tapi dia tetap selalu bersamaku, dia mengajakku kemanapun dia pergi. Pesta pernikahanpun digelar dengan sangat meriah, aku melihat dia begitu bahagia dengan pernikahannya walaupun saat itu aku tak begitu mengerti tentang pernikahan karena aku hanya anak kecil berusia 11 tahun. 

Sore harinya aku dan adik-adik sepupuku kumpul berebutan ingin membuka kado pernikahan, saat itu aku pun teringat kalau aku juga membawa kado. Kutaruh kado yang sedang kubuka dan aku berlari ke kamar mengambil kado yang sudah kubawa dari Tangerang. Dengan senyum polos khas gadis kecil kuberikan kepadanya dan kuminta agar dia yang membuka sendiri kadonya. Aku memperhatikan dia yang membuka kertas kado secara perlahan hingga kertas kadopun terbuka semua, dia tersenyum melihat hadiah dariku dan mengucapkan terima kasih padaku. Dari sinar matanya aku bisa melihat kalau dia sangat menyukai jam weker berbentuk love berwarna merah. 

Malam setelah menikah dia masih tidur bersamaku, padahal aku sempat hampir mengambek karena takut tidak bisa tidur dengannya lagi. Ternyata tidak dia lebih memilih menemaniku tidur, aku senang sekali. Namun waktuku dirumah nenek sudah habis karena bapak harus bekerja lagi besoknya dan aku pun harus kembali bersekolah. Pagi harinya sebelum aku pulang aku minta dibuatkan kue bolu kukus berwarna pink dan aku juga memaksanya agar membolehkan aku yang mengaduk adonan kuenya. Tanganku kotor banyak adonan kue yang menempel, dia hanya tersenyum dan tak memarahiku. Sore harinya sebelum aku pulang, aku merengek meminta rambutku di kepang dua. Diapun mengajakku ke pasar untuk membeli pita, dan seusai aku mandi dia mengepangkan rambutku dan memberinya pita merah. Dia bilang aku cantik dengan rambut berkepang dua dan berpita merah, akupun tersenyum dan memeluknya erat. Rasanya aku enggan untuk pulang, aku ingin selalu bersama dengannya. Sebelum aku pulang dia berpesan agar aku mengirimi dia surat, akupun mengangguk tanda menyanggupi. 

Pagi harinya aku sudah sampai kembali di rumah, sesampainya dirumah aku langsung masuk ke dalam kamar aku menangis karena aku masih merindukannya. Selama tiga hari lamanya kepang di rambutku tak kulepas karena aku masih ingin selalu mengingat dirinya, namun karena rambutku sudah mulai kotor maka kulepas kepangnya dan pita merah kusimpan dalam kotak. Kuperhatikan cermin di depanku kulihat rambutku sudah kembali lurus terurai tanpa kepang dan pita merah lagi, aku kembali menangis aku rindu dia, aku ingin bertemu dengannya lagi. 

Aku pun mulai menulis surat untuknya, isi suratnya hanya curahan hati sehari-hari seorang gadis kecil. Kegiatan surat menyurat ini terus berjalan selama beberapa tahun. Saat aku kelas 3 SMP aku sempat pulang lagi kerumah nenek karena aku sudah rindu sekali dengannya. Seperti biasa sesampainya dirumah nenek dia sudah berdiri menyambutku namun kini ada anak laki-laki kecil disebelahnya, ya anak itu anak pertamanya. Keesokan harinya aku, dia dan keluarga yang lain berjalan beramai-ramai ke lapangan dekat rumah nenek untuk menjalankan ibadah shalat ied Idul Adha, dan tentunya aku shalat di sebelahnya sudah lama sekali aku tidak shalat berjama’ah dengannya. Walaupun dia telah memiliki anak namun dia sama sekali tidak berubah, dia masih memanjakan aku menurutin apapun yang aku minta. Dan seperti biasa sebelum aku pulang kembali ke Tangerang kami bikin kue bolu kukus bersama lagi ditemanin jagoan kecilnya, bedanya kali ini aku tidak meminta dikepangkan lagi rambutku.

***** 

Aku sudah mulai masuk SMU, aku mulai jarang menulis surat lagi untuknya. Aku mulai asyik dengan teman-teman baruku dan kegiatan diluar sekolah. Sampai saat aku kuliah semester 3 bapakku mengajakku ke rumah nenek untuk menghadiri 1000 hari wafatnya kakek. Seperti biasanya saat aku sampai di rumah nenek dia sudah berdiri menyambut kedatanganku. Aku sudah mulai dewasa namun dia tetap tidak berubah masih saja menganggapku seperti gadis kecil yang manja. Dia selalu menanyakan aku ingin makan apa, setiap pagi masih terus menyiapkan teh hangat untukku dan malamnya pun masih tidur bersamaku satu ruangan walaupun tidak satu kasur lagi karena dia tidur bersama kedua anaknya. Namun pertemuanku kali ini tak ada lagi acara membuat kue bolu kukus berwarna pink bersama lagi, karena aku kasihan sama dia sudah lelah mengurusi kedua anaknya yang sedang aktif-aktifnya. 

Aku tak pernah menyangka kalau ini menjadi pertemuan terakhirku dengannya. Aku sudah mulai sibuk dengan kuliahku yang sedikit berantakan. Saat lulus kuliah pun aku sibuk dengan pekerjaanku karena aku tak punya cuti sulit sekali untuk mengatur waktu liburan ke rumah nenek lagi. Aku ingat saat terakhir aku bertemu dengannya dia berpesan kepadaku, agar aku selalu menjadi anak yang baik sabar menghadapin kedua orang tuaku dan aku diminta untuk selalu rajin shalat.

***** 

Bapakku mulai sering pulang ke rumah nenek karena nenek sudah mulai sakit-sakitan. Bapakku bilang padaku kalau le Mul terserang kanker, aku kaget sekali mendengarnya namun aku masih belum sempat untuk menjenguknya karena pekerjaan yang sangat padat. Setiap bapak pulang dari rumah nenek, bapak selalu bilang padaku kalau le Mul selalu menanyakanku kapan aku datang menemuinya. Aku pun berencana setelah aku resign dari kantor aku ingin pulang ke rumah nenek dan menemuinya, karena aku ingin sekali menceritakan semua beban berat yang sedang kupikul saat ini karena aku yakin dia pasti bisa menenangkan hatiku. Namun saat aku telah resign dari kantorku, aku masih saja menunda rencanaku karena keegoisan diriku sendiri. Saat itu hubunganku dengan orang tuaku semakin memburuk dan ini kujadikan alasan untuk menunda pertemuanku dengannya. 

***** 

Suatu malam aku tanpa sengaja memecahkan tempat pelembap wajahku, aku pun langsung memunguti pecahan demi pecahan karena takut akan menusuk kakiku nantinya. Perlahan aku ambil pecahannya dan tiba-tiba saja salah satu pecahan menggores jariku hingga berdarah, aku kaget dan langsung kubersihkan lukaku. Saat itu perasaanku rasanya sangat tidak enak apakah ada sesuatu yang akan terjadi. Dua hari setelah kejadian itu, saat tengah malam handphone-ku berdering dan kulihat nama adik sepupuku tampil dilayar handphone. Segera handphone kuangkat dan ternyata adik sepupuku membawa kabar yang membuatku sangat terpukul saat itu, adik sepupuku mengabarkan kalau le Mul sudah meninggal dunia. Aku shock mendengar kabar itu dan di kamar menangis tak henti-henti. 

Setelah shalat shubuh aku dan bapakku berangkat ke rumah nenek naik kereta. Sepanjang perjalanan mataku terpaku melihat pemandang di luar jendela kereta, entah apa saja yang kulihat pikiranku membawaku mengenang masa lalu bersama dengannya. Airmata aku tahan walaupun kadang terjatuh tanpa aku sadari, aku tak ingin Bapak melihatku menangis. Sampai di Klaten tak ada lagi dia yang selalu menyambut kedatanganku, akupun tak lagi menginap di rumah nenek. Malamnya aku menghadari tahlilan di rumah almarhum, disana sudah banyak saudaraku berkumpul. Salah seorang dari tanteku berkata padaku dengan logat jawanya “Kemana aja toh ndo? Kenapa baru datang? Lik Mul kemarin arep-arep terus kamu datang”. Aku hanya menjawab dengan senyuman. Aku bangkit dari kamar dan mencari tempat yang sepi dan kemudian aku menangis kembali sungguh aku sangat menyesal kenapa aku selalu menunda pertemuanku dengannya. 

Kudengar suara kaki melangkah ke arahku segera kuhapus airmata di wajahku, ternyata bapak mengajakku pulang ke rumah pakleku. Keesokan harinya aku dan bapak mengunjungi makam Almarhum. Setibanya dimakam aku masih tak percaya jika yang terbaring didalam tanah itu adalah le Mul, aku masih berharap ini hanyalah mimpi tapi tidak kudapati diriku dalam dunia nyata. Airmatapun jatuh kembali melihat makamnya, rasanya ingin sekali kugali tanah itu aku ingin melihat wajahnya kembali. Aku bahkan tak sempat melihat wajahnya untuk terakhir kali, aku ingin mencium keningnya tapi semua sudah tidak mungkin. Dia telah terbaring tenang dalam peristirahatannya, dan kuyakin dari surga dia pun melihat aku. 

Sepulang dari makam bapakku mengajakku mampir ke rumah nenek. Rumah nenek kini kosong tak berpenghuni lagi berbeda sekali dengan terakhir kali aku kesana. Aku berdiri mematung menatap pintu depan rumah nenek, biasa di sinilah dia berdiri menyambut kedatanganku dan memelukku saat aku akan pulang. Kualihkan pandanganku ke taman depan rumah Nenek, ada beberapa tempat bermain anak-anak sudah usang tak terurus. Disana biasa murid-murid TK dari le Mul bermain. Aku mencoba memejamkan mata mengingat apa saja yang pernah terjadi disini tiba-tiba sebuah tangan menepuk pelan bahuku, aku tersentak kaget ternyata bapak mengajakku untuk kembali ke rumah pakle. Dengan langkah berat dan pikiran tak karuan akupun berjalan pulang ke rumah pakle. 

Keesokan harinya aku pulang kembali ke rumah, aku tak ingin berlama-lama disana kenangan-kenangan masa lalu bersamanya selalu membayangiku. 

***** 

Ku tutup tirai jendela karena angin terasa sudah mulai membuat bulu kudukku berdiri karena dingin. Kurebahkan diriku perlahan dan kemudian aku masukkan kakiku ke dalam sarung biru yang sendari tadi tergeletak manis di ranjang. Kembali aku menangis kali ini aku biarkan airmata mengalir di wajahku. Setiap kali aku mengingat kenangan-kenanganku bersama le Mul maka semakin kuat bergoncang rasa penyesalanku ini. Aku menyesal tak sempat bertemu dengannya untuk yang terakhir kali. Konon aku memiliki impian saat aku menikah kelak, aku ingin sekali pernikahanku dihadari olehnya. Aku pun ingin sekali dia melihat diriku kini yang sudah berjilbab mengikuti dirinya. Aku bahkan belum sempat bilang kalau aku sangat menyayanginya. 

Namun semua sudah tak mungkin, aku sudah tak mungkin lagi bertemu dengannya lagi di dunia ini. Aku juga menyadari sudah tak mungkin lagi mendapatkan pelukan dan ciuman hangatnya lagi. “Ah, seandainya saja aku dapat memanfaatkan waktuku dengan baik.” ucapku setengah berbisik. Waktu tak mungkin diputar kembali ke masa yang lalu. Sebuah penyesalan selalu datang terlambat dan rasanya sangat menyakitkan. Kusadari pula rasa kehilangan itu datang saat orang itu telah pergi meninggalkan kita. Aku menghela nafas yang panjang, kuputuskan untuk memejamkan mataku. Sebaiknya aku tidur, aku tak ingin mengingat kenangan ini kembali. Biarlah kenangan-kenanganku bersamanya aku simpan dalam hatiku, karena semakin aku mengingat kenangan ini semakin aku menyesali kebodohanku, aku tak bisa memenuhi keinginan terakhir dari le Mul yang ingin bertemu denganku. Maaf kata maaf sudah tak berarti juga sekarang. Dari kejadian ini aku akan belajar untuk lebih menghargai waktu dan kesempatan yang datang padaku agar kelak aku tak menyesal seperti saat ini, kehilang orang terkasih tanpa sempat melihatnya untuk terakhir kalinya akibat keegoisan diri sendiri membuang kesempatan yang pernah ada. Kuangkat kedua tanganku dan mengucapkan doa tidur, dalam doa tidurku terselip sebuah kalimat doa “Semoga malam ini le Mul hadir dalam mimpiku, karena aku sangat merindukannya”. Kupejamkan mataku perlahan dan kemudian aku pun ikut larut dalam keheningan malam.



Ria Nugroho berpartisipasi dalam Saweran Kecebong 3 Warna yang di dalangi oleh Jeng Soes - Jeng Dewi - Jeng Nia
Disponsori oleh Jeng Anggie, Desa Boneka dan Kios108.

Panjang banget ya ceritanya hehe ini cerita sebenarnya sudah lama saya buat beberapa bulan setelah Le Mul meninggal tapi hanya saya simpan dalam folder saja. Termasuk cerita sedih gak ya kalau buat saya sih sedih mewek terus kalau baca ini dan penyesalan yang tak pernah bisa hilang :'(



Best Regards,
Corat - Coret [Ria Nugroho]


24 comments:

  1. akhirnya publish juga ya Mbak, sedih Mbak ceritanya.. semoga menang ya Mbak. saya belum buat nih blm ada bahan.

    Al Fatihah untuk Tantenya

    ReplyDelete
  2. Sedih... aku sedih membacanya. Semoga le Mul sudah berbahagia dialam sana. Amin..

    Terima kasih atas partisipasinya, sudah dicatat di Buku Besar Keluarga Cebong :)

    ReplyDelete
  3. wih teteh ikuta ya GAini,

    oh ia teh ambil ya award dari asep yang judulnya "The Versatile Blogger"
    http://www.asep11.com/2012/01/borongan-award.html

    ReplyDelete
  4. Ria terimakasih atas partisipasinya...sdh tercatat sbg peserta.....

    aku juga punya pengalaman yg hampir sama waktu ibuku dirawat di RS...sdh 3 hari aku ngga nengokin...rencana baru bsk mau ke RS sengaja ambil cuti...eh ngga tahunya jam 2 pagi sdh meninggal...nyeseellll banget ngga lihat waktu ibu menghembuskan nafas terakhir....blm sempat minta maaf juga hiks....

    ReplyDelete
  5. jgn mewek trus yaa,
    le mul sudah bahagia dn dpet tempat trbaik dsana
    =)

    oiy, gut lak utk kontesny
    =D

    ReplyDelete
  6. cerita ini bisa dijadikan pengingat agar kita untuk tidak mementingkan diri sendiri ya. thanks untuk sharingnya ya

    ReplyDelete
  7. Wah, ceritanya haru yaaaa. Kadang2 berasa kayak baca puisi. Semoga Le Mul-mu tenang di sana

    Regards,
    Twitter: @elloaris
    Penulis Curhat Sang Presiden

    ReplyDelete
  8. Wah, ceritanya haru yaaaa. Kadang2 berasa kayak baca puisi. Semoga Le Mul-mu tenang di sana

    Regards,
    Twitter: @elloaris
    Penulis Curhat Sang Presiden

    ReplyDelete
  9. Ria, maap Mak cebong 3 baru berkunjung :-)

    Hiikkksss, gw bacanya nagis loh. Kebayang betapa menyesalnya dikau ga sempete ketemu le Mul. Tapi gw yakin ko le Mul udah bahagia di surga, dan Beliau melihat dikau dengan tatapan bangga, karena Ria telah berhijab

    Thanks atas partsipasinya yah Say. Kalo berminat masih ada 2 kategori yang bisa dibungkus :-)

    ReplyDelete
  10. kehilangan memang menyakitkan, tetap ingat saja kenangan manis slalu bersamanya untuk menghiburmu

    ReplyDelete
  11. panjang amat mbak,,,,jadi capek ni,

    ReplyDelete
  12. hiks....
    hahahaa....
    sukses ya mbak...
    :)

    ReplyDelete
  13. Good luck buat kontesnya :)
    kreatip ey

    ReplyDelete
  14. sebenernya pengen mewek tapi koq malu yah.. duh, terkadang memang penyesalan selalu datang terakhir..

    hmm. semoga menang kontesnya!

    ReplyDelete
  15. yoiii.. panjang bangat.. tapi asyik kok...

    ReplyDelete
  16. :(
    sedih yaa

    baru pertaman berkunjung nih,mbak..
    sukses yaa!
    :)

    ReplyDelete
  17. sad banget ceritaX, tapi ini ok juga buat referensi saya, thanks

    ReplyDelete
  18. kalo saya, alhamdulillah saya masih bisa melihat sahabat saya ketika dia di rumah sakit hingga akhirnya dia meninggal.. semoga le mul tenang disana yaa mbak.. :)

    ReplyDelete
  19. ikutan GA ya. Dood luck, jangan sedih2an terus(:

    ReplyDelete
  20. hiks :'(

    yang sabar ya kak.
    Banyak2 aja berdo'a buat beliau.

    semoga menang lombanya :)

    ReplyDelete
  21. hiks...hiks...
    peluk Ria...

    aku di tangerang say..
    uda pindah ke serpong... :)

    ReplyDelete

Maaf ya sekarang kotak komentarnya aku moderasi
Gak ada maksud apa-apa koq ^^
Cuma waspada aja dengan Spam :D
Silahkan komen anything ^_____^V